RAMBUTKU HANYA DIPOTONG OLEHMU
I Nyoman Buda
Arimbawa
“Man…
man… payu?”. Pagi-pagi
sekali Gede Judi mendatangi rumah temannya dan memanggilnya dengan suara sedang.
“mai nake jani, rage be ngabe gunting” sahut I Nyoman dengan logat
kedaerahan yang kental yang datang dengan sebuah ember yang lengkap dengan
peralatan mandi ditambah sisir dan gunting. “medaar
malu De, ento ade jukut be siap..!”. Sapa memene I Nyoman yang menawarkan Gede Judi untuk makan. “Nah..!” sahut Gede Judi, yang
sesungguhnya itu adalah penolakkan secara halus. Tanpa berlama-lama mereka langsung menuju
rumah Gede Judi yang letaknya satu jalur dan satu tempek dengan rumah I Nyoman. Pagi itu juga kakak I Nyoman berangkat bekerja ke
kota. Tepat kemarin malam mereka datang dari setra mengikuti upacara ngaben karena tetangga I Nyoman meninggal
kemarin sore.
Mereka telah sampai di rumah Gede
Judi. Terlihat pekaknya I Nyoman ngempu kumpinya
yang baru bisa merangkak. Terdengar dari kejauhan “pidan mulih man…?” tanya Wa Sunia kepada I Nyoman. Wa Sunia adalah
kakak dari bapaknya I Nyoman yang menikah ke rumah Gede Judi jauh sebelum I
Nyoman lahir. “be i telun wa..!”
sahut I Nyoman. Gede Judi langsung membuka bajunya, membasahi rambut yang
panjangnya sebahu dan duduk di tangga meten
daja. “sepedang De?” tanya I Nyoman dengan
gunting di tangan kanan dan sisir di tangan kirinya. “Engkenang dadi, terserah keneh
nyomane..” sahut Gede Judi pasrah. I Nyoman pun mulai memangkas rambut Gede
Judi yang terakhir kali juga dipangkas oleh I Nyoman sendiri sekitar sembilan
bulan yang lalu. Gede Judi
membiarkan rambutnya tumbuh sampai seleher. Seolah-olah ia tidak mengijinkan
orang lain memotong rambutnya selain I Nyoman.
Gede Judi adalah nama panggilan dari I
Gede Eka Saputra. Dipanggil Gede Judi lantaran ayahnya adalah seorang penjudi
berkelas pada masanya. Sejak kecil ia tinggal bersama keluarga kecilnya dengan
seorang adik yang dipanggil Kadek Togel. Nama aslinya adalah Kadek Riki. Hidup
dengan suami seorang penjudi membuat ibunya Gede Judi serba kesusahan. Sang
suami sering marah-marah kalau uangnya habis karena kalah di arena tajen. Tak jarang ibunya Gede Judi
dipukul dengan benda-benda keras dan tajam. Dengan hati dan pikiran yang
terluka, sang ibu pun tega pergi dari rumah meninggalkan anak-anak dan suaminya
yaitu Gede Judi yang masih duduk di bangku kelas 2 SD dan Kadek Togel yang baru
berumur 4 tahun serta sang suaminya Wayan Neraka yang terselubung dalam kabut
penyesalan yang sangat dalam.
Dua bersaudara itu akhirnya dititip oleh
ayahnya kepada sang kakek di sebuah desa di pedalaman kintamani. Gede Judi
bilang desa itu bernama desa Panggung. Bertahun-tahun ia menjalani hidup disana,
sehingga ia menjadi terbiasa dengan kegiatan harian masyarakat setempat. Ngalap cengkeh, cokelat, delima, dan berbagai
jenis tanaman kebun lainnya. Ia juga melanjutkan pendidikan sekolah dasarnya
disana. Konon ia adalah bintang kelas sepanjang masa. Sejak mengikuti
pendidikan di Taman Kanak-kanak ia memang dikenal sebagai siswa cerdas dan
menjadi juara kelas saat kelulusan. Ketika SD ia masih kalah dengan teman
sebangkunya yakni I Nyoman sendiri. Otaknya sedikit unggul secara numerik,
namun ia kalah telak dengan kemampuan verbal yang dimiliki I Nyoman yang tidak
mengenyam pendidikan Taman Kanak-kanak. Ia tak mampu berimajinasi dan tak mampu
menjiwai seni.
Setelah empat tahun, ia kembali. Pulang
ke rumah asalnya. Ia berbeda, lingkungan tempat ia tinggal selama ini telah
mengubah mental dan cara berpikirnya. Ia telat dibandingkan anak-anak lainnya.
Kemampuan komunikasinya sama sekali tak terlihat, ia hanya bisa diam dan
menjawab pertanyaan dengan tidak jelas. Ia hanya bicara kepada teman sebaya
yang memang akrab dengannya dari dulu termasuk I Nyoman. Ia kembali melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Dasar yang dulu, tempat ia bersekolah waktu kelas 1.
Sekarang sudah kelas 5 SD. Kemampuannya tak seperti yang diharapkan. Ia
terlihat lemah. Sangat lemah. Entahlah apa penyebabnya, apakah tekanan mental
karena lingkungan baru, atau mungkin kualitas pendidikan yang berbeda dari tempat
tinggalnya di daerah kintamani itu, atau
tekanan dari orang tuanya, tidak ada yang pernah tahu. Karena tak seorangpun
dapat mendengar ceritanya dengan jelas dan tepat.
Beberapa tahun kemudian sang adik
menyusul pulang. Ia kembali dan melanjutkan sekolah di tempat yang sama dengan
kakaknya. Gede Judi sudah lulus dari sekolah dasar begitu juga dengan I Nyoman.
Sekarang mereka akan melanjutkan bersekolah di sebuah sekolah menengah di desa
sebelah yaitu desa Susut. Dari awal
pendaftaran sampai resmi menjadi siswa mereka selalu bersama, melewati sungai,
jembatan, dan kebun salak milik Wa Sunia dan warga desa setempat, mereka
berjalan kaki menuju sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Mereka tak peduli dan
tak terpengaruh dengan teman-temannya yang mengendarai sepeda motor, mereka
tidak pernah malu akan ketidakmampuan mereka, karena mereka adalah orang-orang
optimis untuk meraih mimpi. Mereka mengawalinya bersama, dan menjalaninya
bersama pula. Tak jarang mereka berbagi bekal yang mereka bawa. Mereka sering
telat sampai di sekolah. Banyak hal yang ia lakukan di tengah perjalanan menuju
sekolah layaknya anak-anak pada masanya. Mereka sering mencari buah durian yang
telah jatuh dari pohonnya, mencari salak ataupun cokelat di pinggir jalan yang
mereka lalui. Entah itu bentuk dari pencurian atau tidak, tidak ada yang pernah
mempermasalahkannya.
Gede Judi punya masa lalu yang kelam. Dulu bersama adiknya ia sering mencuri
uang di warung-warung dekat rumahnya. Maklum, tak ada yang memberi mereka
perhatian dan kasih sayang. Tidak ada yang memberinya pendidikan moral dan
melatih mentalnya. Ayahnya masih sibuk bekerja sebagai tukang ukir di tempat
yang jauh dari rumah. Memang benar adanya bahwa perhatian sang ayah terhadap
kedua anaknya tidak begitu besar.
Tiga tahun berlau, Gede Judi dan I Nyoman
telah lulus dari sekolah menengah pertama mereka. I Nyoman melanjutkan ke
sebuah sekolah layanan khusus yang menerima siswa dari keluarga kurang mampu.
Namun sebaliknya, karena minimnya dukungan dari orang tua dan terkendala
keadaan ekonomi, Gede Judi tidak mampu melanjutkan pendidikannya ke tingkat
sekolah menengah atas. Ia memutuskan untuk belajar bekerja sebagai tukang ukir bersama
orang-orang di desanya. Banyak kenangan yang tersimpan dalam kebersamaan
mereka. Itulah yang membuat mereka tak bisa lupa satu sama lain.
Tak terasa sudah sekitar satu jam
berlalu, rambut Gede Judi yang panjang dan tak beraturan membuat I Nyoman perlu
waktu lama untuk membuatnya pendek dan rapi. Pekak I Nyoman datang menghampiri mereka, “tolong
potongkan rambut pekak juga, sudah terasa panjang. Terakhir kali rambut pekak
dipotong oleh Nyoman tiga bulan yang lalu…!!”. I Nyoman langsung bergegas untuk
memotong rambut pekaknya. I Nyoman pulang ke rumah pada hari minggu, tepat tiga
hari yang lalu. Ia
bersekolah di Kubutambahan, Buleleng. Sudah dua tahun ia tinggal di asrama, di
Kubutambahan.
Sembari memotong rambut I Pekak, banyak
warga desa yang satu kawitan dengan
Wa Sunia sembahyang ke sanggah di
rumahnya Wa Sunia. Satu persatu mereka menyapa sambil menawarkan lungsuran. Hari ini adalah Galungan.
Entah apa yang I Nyoman pikirkan, secara tidak sengaja ia melukai kulit leher
pekaknya yang sudah keriput dan rawan. “Aduh, bakat
gunting kulit Pekak’e. pesu getih Kak.” Kata I Nyoman dengan penuh
penyesalan. “Nah sing kenken, kulit anak
suba tua” sahut I Pekak menenangkan cucunya. Tak terasa, hari sudah semakin
panas, seusai memotong rambut I Pekak, I Nyoman dan Gede Judi langsung bergegas
untuk meninggalkan rumah dan menuju ke tempat pemandian umum milik warga desa. Wa
Sunia memanggil Gede Judi dan menitip botol air mineral untuk diisi ulang.
Mereka berangkat, ke tempat yang penuh kenangan. Satu-satunya jalur yang selalu
mereka lalui saat SMP, kini bagaikan hutan belantara, rumput liar tumbuh menjulang,
sudah tidak ada lagi yang melalui tempat itu. Di sekitar tempat pemandian ada sungai
yang mengalir deras. Ya, sesungguhnya sungai itulah tujuannya.
Great, Nyoman :)
BalasHapusHehe, baru belajar Tu..
HapusSemangat!
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusayo bagi yg suka maen judi ayam on line
BalasHapusdi bolavita tempat nya banyak sekali bonus2 menarik
dan game2 on line terlengakap se indonesia
dengan pelayanan 24 jam yg sangat ramah
sabung ayam s128
ayo segera daftar dan buktikan sendiri
info lbh lanjut:
whatup : +62812-2222-995
Telah hadir di bolavita deposit via pulsa telkomsel dan XL
BalasHapusdan banyak bonus2 mendarik lain nya min depo 25 rbu bisa jadi jutawan
ayo segera daftar dan buktikan sendiri ayam laga indonesia
info lbh lanjut:
WA: +62812-2222-995